Riana Setyaningsih: Melayani untuk Hidup, Hidup untuk Melayani

thumbnail

Selama menjadi siswa di Kolese Loyola, ada banyak frasa-frasa mengenai nilai hidup St. Ignatius Loyola yang kita dengar. Salah satunya adalah men and women for others. Menurut rm. Pedro Arrupe, S.J., seorang Jenderal Serikat Yesus ke-28, men and women for others memiliki makna orang yang dalam hidupnya bukan untuk melayani diri sendiri, namun untuk melayani sesama terutama kepada Tuhan. Riana Setyaningsih adalah salah satu sosok yang mengamalkan nilai hidup ini.

Caecilia Riana Setyaningsih, atau yang akrab dikenal sebagai Riana, merupakan seorang putri bungsu dari 3 bersaudara. Beliau lulus dari SMA Kolese Loyola pada tahun 1997. Pada bulan Juli lalu, baik keluarga, rekan kerja, maupun orang-orang terdekat Riana merasakan duka yang mendalam akibat kepergian beliau untuk selamanya. Sampai akhir hayatnya beliau memilih untuk mengabdikan hidupnya pada sesama. 

Bernadet Titi Susantari, atau yang kerap disapa Titi, merupakan salah satu kakak Riana. Menurut Titi, adik bungsunya merupakan seseorang yang terencana. Mulai dari hal kecil, sampai hal besar semua direncanakan dengan terstruktur oleh  Riana. Sebagai contoh uang asuransi milik Riana. Uang tersebut tidak hanya digunakan untuk jaminan masa depan Riana pribadi namun disisihkan pula oleh beliau untuk ibu serta keponakan beliau juga untuk kegiatan sosial salah satunya dengan cara mendonasikannya melalui program KEKL Beasiswa.

Jiwa sosial Riana sudah terlihat sejak lama oleh keluarganya. Kakak perempuannya, Titi, menjadi sosok yang penting dalam keterlibatan Riana menjadi donatur dalam program KEKL Beasiswa. Titi mengetahui bahwa Riana memiliki asuransi. Pada awalnya Titi mengira uang asuransi tersebut akan digunakan untuk hidup menua bersama Titi yang kebetulan selisih umur mereka memang tidak begitu jauh. Namun justru Riana menyampaikan pada kakaknya bahwa sebagian uang asuransi tersebut akan Riana gunakan untuk didonasikan melalui program KEKL Beasiswa juga untuk pembangunan gereja St. Paulus Sendangguwo, Semarang.

Riana dikenal sebagai sosok yang pendiam mulai dari kalangan keluarga hingga di kalangan pekerjaan. Dalam kesunyian Riana justru beliau mampu menggugah hati orang-orang di sekitarnya melalui pelayanan yang beliau berikan. Menurut Dwi Farida, anak buah Riana dalam divisi quality control (QC) bagian pupuk, Riana tidak pernah cerewet dalam hal pekerjaan. Komentar kecil seperti “Nah.. cocok. Itu yang tak maksud” dalam hal kebersihan laboratorium cukup menyentuh hati Dwi Farida sebagai anak buah dari kepala QC bagian pupuk.

Selain Dwi Farida, ada pula Yuri Wibowo (KEKL 1997), pemilik PT. Saprotan Utama tempat Riana bekerja juga Ahmad Sudjaun, kepala divisi QC bagian pestisida, yang terkesan dengan kinerja beliau dalam melakukan pekerjaannya. Sisi perfeksionis dan ketekunan Riana menjadi hal yang paling berkesan untuk dua rekan kerjanya ini. Tak jarang kepribadian Riana yang seperti ini menimbulkan keributan kecil di dalam tim kerja Riana. Dibalik itu semua, justru Riana mampu memberikan hasil kerja yang terbaik untuk perusahaan dan juga meninggalkan kesan tersendiri dalam pribadi rekan-rekan kerjanya.

Riana juga dikenal sebagai sosok yang penuh dengan kesibukan. Kesibukan tersebut tidak hanya dalam pekerjaannya namun juga dalam kehidupan menggereja. Beliau sudah menjadi aktivis gereja sejak usia belia. Dalam lingkup gereja, khususnya di gereja St. Paulus Sendangguwo, Semarang,  Riana dikenal sebagai aktivis di bidang lektor juga menjabat sebagai sekretaris dalam sususan pengurus Dewan Pastoral Paroki Harian (DPPH). 

Haryanto Santoso (KEKL 1985), atau yang biasa dikenal sebagai Cece, pengampu jabatan Wakil Ketua II DPPH, mengenal Riana semenjak beliau aktif sebagai lektor gereja. Saat Riana menjabat sebagai sekretaris DPPH, Cece terkesan dengan profesionalisme dan semangat pelayanan yang ditunjukkan oleh Riana. Menurut kesaksian beliau, Riana juga masih menunjukkan semangat pelayanannya meskipun sedang dalam keadaan sakit.

Pelayanan Riana tidak berhenti pada pelayanan di gereja saja. Riana juga tergabung dalam tim program KEKL Beasiswa. Pelayanan beliau yang begitu kompeten juga ketekunan beliau dalam bekerja di lingkup gereja meyakinkan Hari Susilo (KEKL 1977), ketua tim program KEKL Beasiswa, untuk mengajak  Riana bergabung di dalam tim kerjanya. 

Dari kacamata ketua tim program KEKL Beasiswa, Riana adalah seseorang yang selalu memberikan perhatian lebih dalam pekerjaannya. Mulai dari seleksi penerima beasiswa, pertemuan dengan calon penerima beasiswa, hingga penetapan penerima beasiswa beliau dengan tekun dan setia melakukan pekerjaannya sampai tuntas.

Riana tidak hanya terbatas menjadi pengurus dalam tim program KEKL Beasiswa saja. Beliau juga turut andil sebagai donatur dalam program KEKL Beasiswa. Menurut cerita Titi, Riana pernah menjadi orang tua asuh salah satu penerima beasiswa. Semangat Riana untuk menjadi donatur masih tetap menyala hingga akhir hayat beliau dengan menitipkan sebagian uang asuransinya melalui Titi untuk disalurkan kepada tim program KEKL Beasiswa.

Akhir kata, Riana Setyaningsih adalah salah satu sosok yang berhasil dalam mengamalkan nilai hidup st. Ignatius Loyola, men and women for others. Semasa hidupnya, beliau mendedikasikan dirinya untuk melayani sesama. Inilah yang disebut sebagai hidup untuk melayani, melayani untuk hidup. AMDG.

 

Oleh: Anastasia Adristri (KEKL 2017)

Writer
Humas KEKL
Date Published
19 Des 2021
Category
Profil KEKL