KEKL 1983 belum lama ini melaksanakan reuni mereka yang kelima setelah 40 tahun kelulusan mereka dari SMA Kolese Loyola. Reuni tahun ini dilaksanakan selama 3 hari 2 malam mulai tanggal 4 Agustus 2023 di kota Semarang dan daerah Kaliurang, Yogyakarta. Acara reuni dibuka dengan perayaan ekaristi di Kapel SMA Kolese Loyola yang dipimpin oleh romo pamong para alumnus kala itu, yaitu Romo Ageng Marwata, SJ atau yang biasa disapa sebagai Pater Ageng oleh mereka.
Pater Ageng (romo Ageng Marwata, SJ) memimpin perayaan ekaristi pembukaan acara Reuni 40 Tahun KEKL 1983. (Sumber: Dokumentasi KEKL 1983)
Dalam perayaan ekaristi tersebut, para alumnus mengenang berbagai peristiwa yang mereka alami selama di SMA Kolese Loyola. Selain itu, mereka juga mengenang beberapa orang yang berkesan bagi mereka selama di sekolah, baik itu di kalangan siswa maupun guru. Mereka juga turut mendoakan mendiang teman-teman dan para guru yang sudah meninggal dalam perayaan ekaristi tersebut.
Setelah perayaan ekaristi, para alumnus serta tamu-tamu yang hadir diberikan kesempatan untuk saling melepaskan rasa rindu mereka. Sembari mereka bercengkrama, panitia telah menyiapkan berbagai hidangan khas Semarang seperti soto ayam, nasi ayam, dan lumpia untuk dinikmati. Tak lupa mereka juga menggunakan kesempatan temu mereka untuk berfoto bersama di depan gedung Loyola Student Center (LSC) yang kini menjadi ikon baru bagi SMA Kolese Loyola.
Foto bersama seluruh peserta dan tamu undangan acara Reuni 40 Tahun KEKL 1983 di depan gedung Loyola Student Center (LSC). (Sumber: Dokumentasi KEKL 1983)
Reuni tahun ini dihadiri oleh 101 alumnus dan 8 anggota keluarga alumnus. Selain itu, reuni ini dihadiri pula oleh beberapa pensiunan guru SMA Kolese Loyola yang pernah mengajar para alumnus, seperti Yuniwati (guru olahraga), Sri Sunu Sudarsini (guru sejarah), Kho Adiyoso (guru fisika), dan Sri Agoeng Sedijono (guru kimia). Secara khusus kehadiran Sri Sunu Sudarsini atau yang biasa disapa sebagai Bu Sunu terasa spesial bagi para alumnus karena di usia senjanya, beliau rela datang jauh-jauh dari Temanggung ke Semarang.
Para guru yang pernah mengajar KEKL 1983 beserta romo pamong semasa studi KEKL 1983. Dari kiri ke kanan: Kho Adiyoso, Yuniwati, Sri Sunu Sudarsini, Sri Agoeng Sedijono, romo Ageng Marwata, SJ. (Sumber: Dokumentasi KEKL 1983)
Acara reuni kemudian dilanjutkan dengan perjalanan wisata menuju Kaliurang, Yogyakarta. Para peserta reuni berangkat menuju Kaliurang menggunakan dua bus dan beberapa kendaraan pribadi. Dari total 109 orang yang mengikuti acara reuni di Semarang, hanya 79 orang saja yang melanjutkan acara reuni sampai ke Kaliurang.
Kaliurang pernah menjadi tempat mereka liburan pada saat masa liburan sekolah mereka dulu sehingga tempat ini mengundang aroma nostalgia tersendiri bagi para alumnus, selain area sekolah. Maka dari itu, Kaliurang pun dipilih oleh panitia sebagai lokasi kedua untuk acara reuni tahun ini.
Pada hari pertama, panitia menyiapkan kegiatan outbound bagi peserta reuni. Kegiatan outbound menjadi sarana mereka untuk merekatkan kembali hubungan yang sempat renggang akibat jarak dan juga kesibukan masing-masing. Setelah bergerak secara aktif di kegiatan outbound, pada malam harinya panitia menyiapkan acara makan malam meriah di penginapan mereka yang kemudian disambung dengan acara seru lainnya, seperti sesi sharing dengan topik tips menjaga kebugaran tubuh, sesi door prize, dan menonton kumpulan foto kenangan semasa sekolah.
Pada aktivitas lava tour di hari kedua sekaligus hari terakhir, panitia mengambil jadwal paling pagi dengan harapan dapat melihat suasana matahari terbit dari ketinggian kaki Gunung Merapi. Namun pada saat itu, mereka belum beruntung mendapatkan suasana matahari terbit karena cuaca pagi itu sangat berawan sehingga momen matahari terbit banyak tertutup awan. Meski mereka belum beruntung, mereka tidak membuang kesempatan untuk mengambil foto bersama dengan latar belakang pegunungan dan latar belakang indah lainnya pada saat berada di puncak perjalanan lava tour.
Foto peserta reuni saat mengikuti lava tour di Kaliurang. (Sumber: Dokumentasi KEKL 1983)
Reuni tahun 2023 ini merupakan reuni mereka yang kelima. Awalnya, reuni KEKL 1983 dilaksanakan pertama kali pada tahun 2003. Obrolan demi obrolan pun mengalir dalam acara reuni kali itu hingga akhirnya terbesit sebuah komitmen bersama satu angkatan untuk mengadakan reuni dalam jangka waktu lima tahun.
Komitmen ini pun akhirnya dapat terealisasikan dengan baik. Reuni kedua berhasil diadakan kembali pada tahun 2008 di kota Semarang; reuni ketiga di Cisarua, Bogor (2013); keempat di Bali (2018); dan tahun ini diadakan kembali di Semarang.
Daniel, menjadi koordinator utama dalam acara reuni di tahun 2023, dibarengi oleh Wahyu, Mustika, dan teman-teman panitia lainnya, bekerjasama merancang acara reuni angkatan. Tidak ada susunan atau tugas khusus dalam kepanitiaan acara reuni tahun 2023. Semua alumnus yang memiliki kemampuan dan tergerak untuk membantu melancarkan acara reuni, kehadirannya disambut hangat oleh Daniel.
Tidak semua panitia berada dalam domisili yang sama. Dalam tantangan semacam ini, Daniel dan para panitia tidak kehabisan akal untuk melakukan koordinasi panitia. Berbekal teknologi semacam Zoom, Google Meet, atau pun WhatsApp, para panitia dapat melakukan koordinasi dengan baik hingga dapat melaksanakan acara reuni dengan lancar.
Meskipun sudah dibantu oleh teknologi, tantangan bagi panitia tidak berhenti pada perbedaan domisili. Salah satu panitia yang bertanggung jawab untuk pemesanan kaos sempat merasa kewalahan dalam menerima pesanan via WhatsApp. Ada begitu banyak pesanan yang masuk hingga panitia tersebut harus dengan telaten memeriksa satu per satu tiap pesan WhatsApp yang masuk. Hal ini untuk memastikan agar setiap pesanan dari para alumnus dapat tercatat dengan rapi dan sesuai dengan preferensi tiap pemesan.
Dana merupakan hal yang menjadi perhatian khusus bagi setiap kelompok yang hendak mengadakan acara. Penjualan kaos merupakan salah satu cara bagi panitia untuk memenuhi kebutuhan dana acara reuni. Selain itu panitia juga mencari pemasukan lain melalui iuran peserta yang akan mengikuti reuni. Penentuan nominal reuni menjadi tantangan lain yang dihadapi oleh panitia. Para panitia sangat mempertimbangkan kondisi finansial teman-teman satu angkatan agar besaran nominal yang dikeluarkan tidak memberatkan teman-teman yang akan ikut reuni.
Ketika besaran nominal iuran sudah ditentukan, rupanya masih ada beberapa orang yang merasa keberatan untuk membayar iuran. Panitia pun akhirnya memutar otak untuk mencari jalan keluar agar mereka dapat melibatkan teman-teman mereka yang kurang mampu dalam acara reuni ini. Akhirnya mereka pun mendapatkan solusi untuk persoalan ini. Panitia membuka peluang bagi teman-teman mereka yang memiliki uang lebih untuk membantu teman-teman yang kurang mampu dengan cara membayar iuran lebih dari nominal yang sudah ditentukan.
Reuni kali ini meninggalkan kesan yang cukup baik bagi para alumnus. Dari pihak panitia pun merasa puas dengan hasil kerja keras mereka selama 110 hari, dan dari pihak peserta pun juga merasa senang dengan segala memori indah yang sudah mereka ciptakan bersama. Semenjak reuni pertama mereka di tahun 2003, mereka telah berhasil menjaga komitmen mereka sampai tahun ini untuk melakukan reuni setiap 5 tahun sekali. Selain komitmen ini, mulai tahun 2003 pula para alumnus juga memiliki komitmen untuk menjalankan misi sosial antar mereka. Misi sosial ini tidak dilaksanakan khusus hanya pada saat reuni namun dilaksanakan kapan pun saat ada yang membutuhkan bantuan. Pembiayaan dari misi sosial ini biasanya diambil dari sisa uang kegiatan reuni ataupun model patungan dari para alumnus.
Perwakilan KEKL 1983 mengunjungi Sukeni (guru IPS) untuk mengirimkan cinderamata dari acara Reuni 40 Tahun KEKL 1983. (Sumber: Dokumentasi KEKL 1983)
Keharuman dalam setiap memori yang diciptakan para alumnus akan tetap terjaga dengan adanya komitmen dan aksi nyata untuk mewujudkan komitmen tersebut. Kegiatan reuni sampai kegiatan sosial yang mereka jalankan akan senantiasa tercium keharumannya berkat niat baik dan tulus yang hadir dari setiap insan para alumnus. Semoga kisah KEKL 1983 ini dapat menjadi inspirasi positif bagi KEKL lainnya.
Ditulis 22 September 2023
Oleh : Anastasia Adristri (KEKL 2017)