Kolaborasi : Evolusi Magis

thumbnail

Beberapa hari lalu, salah satu konco KEKL tanya pada saya sambil penasaran begini,

Kamu nih kok bisa-bisanya tahan sih ngurusin KEKL?.. Kok bisa-bisane mau sih, aku kalo mbayangin jadi pengurus itu kan mesti ngeluangin waktu, kadang ngeluarin duit juga,.. udah gitu pasti masih ada yang mencela juga kan??”

“Ya iyalah!..,” timpal saya santuy

“Jujur aja, sampai sekarang sebenernya aku juga masih sering nanya Tuhan dalam doa,..”

“Tuhan,.. aku nih disuruh apa toh yaa?.. kok mesti ngurusin KEKL tu kenapa sih? Aku mesti ngapain??” saya melanjutkan obrolan sore itu..

Memang inilah pertanyaan yang saya tanyakan pada diri saya saat saya didapuk jadi Ketua BPP tahun 2016 silam di periode pertama saya.

Selain pertanyaan “kenapa mau?," juga pertanyaan “mau diapain sih organisasi ini?"

Permenungan saya akan dua pertanyaan itu menggiring saya pada sebuah impian yang saya bayangkan sejak pertama kali mendengar kata “KEKL” saat masih jadi siswa Loyola. Dan menurut saya, satu hal yang menjadi impian banyak konco-konco KEKL lainnya juga (setidaknya mayoritas impian konco-konco KEKL yang saya temui sepanjang perjalanan saya jadi pengurus), yaitu sebuah kerinduan bersama untuk berjejaring, saling mengenal, saling berbagi, saling bertukar informasi, serta mendapatkan manfaat dari jaringan pertemanan yang super besar ini.

Intinya kita semua saling membutuhkan, kok.

Butuh informasi dari orang yang kita percaya, butuh bantuan di bidang usaha maupun karir, butuh referensi dan cerita pengalaman seputar dunia karir, bisnis, sampai hal-hal kecil seperti sekedar butuh bantuan untuk mencari informasi kost seputar kampus.

Itu sebabnya ketika Mas Benny (KEKL 1987) di ruangan lobby lantai dua Loyola persis setelah pelantikan saya di Konferensi Agung Luar Biasa 2016 bertanya, “Apa nih tagline yang mau dipakai buat periode ini ya?” seketika saya menjawab, “Connecting and Sharing." Saya membayangkan bahwa langkah pertama kita semua perlu tahu dulu, siapa-siapa aja nih yang KEKL?

Ya, selama ini saya selalu bermimpi, bahwa sudah seharusnya KEKL itu saling terkoneksi secara lintas angkatan. Karena faktanya setiap kali kita bertemu dan ngobrol dengan seseorang misal di airport atau kantor bank, trus pada ujung pembicaraan akhirnya kita tahu ternyata orang tersebut jebulnya juga KEKL, ada sebuah perasaan yang beda seketika. “Oalah jebule podo-podo KEKL tho?”

Perasaan bahwa ini koncoku dewe, sedulurku dewe, keluargaku dewe, intinya dia bukan orang asing lagi. Ada ikatan yang sedemikian kuat yang memang sudah tertanam di dalam hati.

Dan setelah diantara KEKL bisa saling terkoneksi (connecting) satu sama lain, artinya relasi itu memungkinkan mereka untuk saling berbagi (sharing).

Foto pengurus BPP (kiri-kanan atas) : Vidion (KEKL 1994 - Ketua BPP), Eka (KEKL 1986 - Anggota Dewan Pengawas), Rm Yoedho (Rektor LC), Frans (KEKL 2003 - Kabid Sos), Hendy (KEKL 2001 - Kabid Organisasi) (Kiri-kanan bawah) Rm Vico 95 (Kepsek LC), Kadar Hari (KEKL 1977 - Ketua Tim KEKL Beasiswa), Budi (KEKL 1979 - Ketua Tim KEKL Berbakti), Yossy (KEKL 1999 - Kabid Biz Inov)

[Foto pengurus BPP (kiri-kanan atas) : Vidion (KEKL 1994 - Ketua BPP), Eka (KEKL 1986 - Anggota Dewan Pengawas), Rm Yoedho (Rektor LC), Frans (KEKL 2003 - Kabid Sos), Hendy (KEKL 2001 - Kabid Organisasi)

(Kiri-kanan bawah) Rm Vico (KEKL 95 - Kepsek LC), Kadar (KEKL 88 - Ketua Tim KEKL Peduli), Hari (KEKL 1977 - Ketua Tim KEKL Beasiswa), Budi (KEKL 1979 - Ketua Tim KEKL Berbakti), Yossy (KEKL 1999 - Kabid Biz Inov)]

 

Sekarang di periode kedua saya, mulai Agustus tahun 2020 lalu, tagline dan visi BPP berkembang jadi Connecting – Sharing – Collaborating.

Kenapa kok collaborating? Berkolaborasi apa??

Sedari awal masuk Loyola, KEKL telah dididik oleh para Jesuit menjadi menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan sekaligus humanis. Menjadi orang-orang hebat di berbagai bidang namun pada saat yang sama, dalam lubuk hati yang paling dalam, punya keinginan untuk selalu dapat bermanfaat bagi sesama, becoming person for others.

Nah, bayangkan jikalau orang-orang hebat ini bekerja sama. Pasti tercipta hal-hal baik dan positif yang luar biasa.

Kabar baiknya, sebenarnya mayoritas dari kita sudah membuktikan kekuatan kolaborasi ini sejak masih berstatus siswa di kampus Loyola dulu. Ketika sekumpulan anak-anak SMA bisa bekerja sama bahu membahu bikin sebuah event yang skalanya besar. Mulai dari Pentas Seni, Malam Budaya, Cari Dana untuk bisa piknik bareng ke Bali, sampai yang beberapa waktu lalu bikin viral dan gemetar anak SMA lain saat hampir seribu suporter tim basket Loyola (SULOCO) menyanyikan Lagu Mars Kolese Loyola di setiap pertandingan basket My Pertamina Cup. Apa bukan karya yang hebat? “Dengernya aja bikin merinding”, begitu chat Romo Provinsial SJ saat saya kirim videonya. Brrrrr…..

Jadi sejatinya, sejak kita bersekolah di Loyola, kita sudah punya benih kerja sama.

Foto Konco-konco KEKL 1977 bersama Rm Yoedho, Rm Vico, siswa/i LC, dan pelatih Gamelan Soepra

[Foto Konco-konco KEKL 1977 bersama Rm Yoedho, Rm Vico, siswa/i LC, dan pelatih Gamelan Soepra]

 

Berangkat dari situ, apa jadinya kalau kerjasama ini terjadi di dunia kerja profesional dan bisnis??

Bagaimana jika sekumpulan KEKL membentuk kongsinan untuk sebuah bisnis? Bukan dua tiga orang, namun 32 orang bersatu dalam kongsinan membangun sebuah bisnis? Sabtu lalu, tanggal 20 Agustus 2022, saya bersyukur bisa jadi saksi terwujudnya kolaborasi luar biasa ini pada acara peresmian “Boemisora,” sebuah destinasi rekreasi eco-park di Kabupaten Semarang, yang diinisiasi dan dirintis oleh 32 orang konco-konco KEKL angkatan 77 sejak 7 tahun yang lalu. Sungguh perwujudan kolaborasi antar KEKL yang menginspirasi.

Sebagian Konco-konco KEKL 1977 yang tergabung dalam kongsinan "Boemisora"

[Foto sebagian Konco-konco KEKL 1977 yang tergabung dalam kongsinan "Boemisora"]

 

Mungkin juga, di luar sana, sudah banyak konco-konco KEKL angkatan lain yang telah bekerja sama dengan membentuk kongsinan begini, namun saya berharap kedepan makin banyak KEKL yang berkolaborasi lagi dalam berbagai hal. Lebih jauh, tidak terbatas hanya dengan sesama KEKL, namun juga dengan sesama alumni kolese lainnya, karena faktanya kita juga terkoneksi dengan alumni-alumni Jesuit lainnya di Indonesia melalui AAJI (Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia), bahkan terkoneksi dengan alumni-alumni dari 827 sekolah Jesuit di seluruh dunia di bawah naungan WUJA (World Union Jesuit Alumni).

Sudah saatnya kita menyadari modal terbesar kita, yaitu kekuatan jejaring yang sudah kita miliki, untuk bangkit mewujudkan mimpi lewat berbagai aksi kolaborasi.

Teruslah saling terkoneksi. Bangunlah kolaborasi positif untuk bangsa ini, dengan begitu kita semua menyatakan Kemuliaan Tuhan Allah Yang Lebih Besar (Ad Maiorem Dei Gloriam).

Jadilah MAGIS!

Vidion Widyantara

Ketua BPP KEKL 2020-2024

Writer
Humas KEKL
Date Published
24 Ags 2022
Category
Profil KEKL