KEKL Talk: Road to Success, UMKM di Era Digital

thumbnail

Pada hari Sabtu tanggal 4 Desember 2021, KEKL Talk berkolaborasi bersama Blibli dan EMPU menyelenggarakan acara bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat sukses di era digital. Acara dibuka dengan kata sambutan dari Kusumo Martanto (KEKL 91) yang merupakan CEO Blibli.com. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa pendampingan dan pelatihan bagi UMKM sangat penting untuk menciptakan suatu value dan ekosistem sehat lewat platform digital maupun konvensional. Acara ini mengusung 4 pembicara dari berbagai lintas generasi KEKL yaitu Kusumo Martanto (KEKL 91), Andreas A. Pramaditya, Leya Cattleya Soeratman (KEKL 81, dan Sedyana Pradjasantosa (KEKL 61). Tak kalah serunya, acara ini juga dipandu oleh Christiana Dessynta Streiff-Siswijana (KEKL 91) dan Gita Mariani (KEKL 01) sebagai host.

“Jangan Mati di lumbung padi,” ujar Sedyana Pradjasantosa yang akrab disebut Opa Sedyana di sesi pertama bertajuk “dari bukan main, sampai bukan main-main”. Beliau mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam dan kekayaan budaya dalam bentuk makanan, fashion, kesenian, dan kerajinan tangan. Berikutnya, Sedyana mengatakan pentingnya untuk tidak main-main dengan persiapan untuk mengelola usaha UMKM, yang perlu diperhatikan dalam persiapan yaitu: sasaran, situasi saat ini, dan opsi yang dapat dilakukan kemudian untuk meraih sukses ingin diraih. Setelah melakukan persiapan yang mantap, diharapkan UMKM mampu menangkap peluang dan membuat nilai tambah produk yang utamanya harus diikuti dengan kemauan untuk belajar agar dapat bersaing secara efisien dengan kompetitor. Terakhir, beliau mengingatkan bahwa sebagai UMKM, mutu produk menjadi poin utama dalam upaya meningkatkan efisiensi internal usaha seperti biaya dan laba serta meningkatkan eksistensi produk secara eksternal dengan menjaga serta menciptakan kepuasan pelanggan.

Selanjutnya sesi kedua dibawakan oleh Leya Cattleya Soeratman sebagai founder dari EMPU yang berinovasi dengan sustainable fashion bersama komunitas lokal. Beliau mengenalkan konsep yang bernama “from farm to catwalk” yang dipamerkan melalui fashion show produk-produk fashion yang dibuat dari bahan-bahan ramah lingkungan. Kata EMPU sendiri memiliki arti seseorang yang sangat ahli, semangat etimologi ini dibawa oleh EMPU dalam membentuk komunitas artisan-artisan lokal untuk bersama-sama memasarkan produk berkualitas dengan taraf ramah lingkungan. Sebagai UMKM, Leya menyebutkan bahwa dalam menjalankan usaha, UMKM harus memahami Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT) agar bisa bertahan di tengah persaingan global yang tengah berlangsung. Hal ini beliau contohkan bahwa salah satu ancaman atau threat dari EMPU sebagai usaha sustainable fashion yaitu, merek-merek terkenal dari mancanegara yang juga sedang menggalakkan program sustainable fashion dalam usaha merek. Akan tetapi walaupun ada ancaman-ancaman tadi termasuk adanya mass product dengan harga murah, EMPU sebagai UMKM harus tetap optimis walau terkesan melawan arus karena tujuan utamanya adalah membantu artisan lokal. Menurut beliau, sustainability fashion masih menjadi suatu niche market yang harus ditengok sebagai bidang usaha. Berkaitan dengan hal ini, beliau juga menegaskan apabila jika tidak ada cara yang berbeda dalam memasarkan (marketing) produk UMKM seperti menggunakan cerita asal dan makna dari bahan produk untuk menarik pembeli, maka tantangan usaha menjadi semakin berat.

Menjelang hari semakin sore, pemaparan sesi terakhir dilakukan oleh Andreas A. Pramaditya sebagai Vice President dari program Galeri Indonesia Blibli. Beliau mengatakan bahwa dengan adanya program Galeri Indonesia dari Blibli marketplace, UMKM difasilitasi dengan berbagai hal mulai dari eksposur, pelatihan, pendampingan, hingga dibantu jika ingin membuat akun di Blibli untuk memasarkan jualan UMKM-nya. Dalam sesi tanya-jawab beliau menyatakan bahwa menurutnya untuk memulai UMKM, pertama harus melihat passion usaha yang dimiliki, baru setelah itu menciptakan keunikan dari produknya dijual. Menariknya di akhir acara KEKL Talk kali ini, peserta mendapat kesempatan untuk mendapatkan testimoni secara langsung dari Irwan Kurniadi (KEKL 87) sebagai founder UMKM Liya Plaster yang telah dibantu oleh pihak Blibli Galeri Indonesia untuk membuat akun dan memasarkan produknya secara gratis melalui e-commerce blibli.com. Ia mengatakan bahwa ia merasa terbantu karena selama ini kesulitan dalam memanfaatkan teknologi yang ada dan mengeluarkan biaya besar untuk memasarkan melalui situs pribadi, kehadiran program Galeri Indonesia dari Blibli telah mewujudkan keinginannya untuk mencapai pasar diluar pulau Jawa. Bagi teman-teman KEKL yang ingin mengembangkan UMKM melalui Galeri Indonesia dapat langsung membuat akun di blibli marketplace. Selain itu bagi teman-teman KEKL yang ingin bergabung dengan komunitas EMPU bisa mengontak lewat empusustainablefashion@gmail.com. Terakhir, jangan lupa untuk follow akun Instagram @keklofficial agar tidak ketinggalan informasi mengenai KEKL Talk berikutnya.

 

Konco-konco KEKL dapat menonton tayangan ulang dari acara ini melalui YouTube KEKL Official - Keluarga Eks Kolese Loyola atau melalui link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=qmlPVPCubLM 

Writer
Humas KEKL
Date Published
2 Jan 2022
Category
Event