Pada akhir Januari 2021, dari tanah Flores, Nusa Tenggara Timur, KEKL Runners menunjukan kebolehannya dengan mengikuti sebuah acara amal “Run To Care” yang diselenggarakan oleh SOS Children’s Village Indonesia. Acara ini merupakan acara amal yang ditujukan pada anak-anak terlantar serta kehilangan peran orang tuanya di seluruh Indonesia. Acara tahun ini diadakan di Flores, dimulai dari Larantuka- Maumere.
Anggota KEKL Runners yang mengikuti acara ini ada 3 yaitu Dwi Larso (KEKL 1984), Sukma Hermawati (KEKL 1988), dan Fran Yannu (KEKL 2001). Dari tayangan langsung di IGTV @keklofficial pada tanggal 5 Februari 2021, KEKL Emma dan KEKL Yannu menempuh jarak 150km sedangkan KEKL Larso berlari dalam kategori relay 4. Ketika moderator Anindita Rahmasiwi bertanya mengenai cerita menarik yang dialami ketika berlari, Pak Larso mengenang peristiwa ketika ia bertemu dengan penduduk lokal yang membawa parang saat ia sedang berlari. Kak Emma melanjutkan dengan kisahnya yang meninggalkan kesan akan keramahan penduduk yang sekitar ketika ia bertegur sapa sepanjang perjalanan panjangnya. Selain itu, Kak Emma berbagi cerita ketika berlari cuaca tidak selalu mendukung, karena Indonesia sedang musim penghujan. Kak Emma berkata mengenai pentingnya mengganti kaus kaki basah untuk menjaga kondisi kaki yang seringkali lecet ketika berlari jauh, “kaki adalah permata” ujarnya.
Secara mengejutkan ternyata Kak Emma ternyata bukan penyuka olahraga lari, baginya lebih menarik olahraga yang dinamis seperti basket, tenis, atau naik gunung (outdoor) daripada olahraga lari yang terkesan monoton. Hal ini kemudian berubah pada tahun 2016 ketika diselenggarakannya acara Borobudur Marathon 2016 oleh Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI). Acara tersebut bertujuan untuk menggalang dana renovasi sekolah SD Kanisius Murukan Klaten. Kak Emma yang mendapat kabar dari Henny (KEKL 1986) mengenai acara ini pun diperkenalkan ke dunia charity run, ia kemudian mendaftar 21K half marathon. Ia mengungkapkan rasa kesenangannya yang luar biasa ketika mencapai garis finish. “Ternyata aku bisa lari dan bisa juga menggalang donasi,” ujarnya ketika diwawancarai. Sejak itu pun ia menjadi getol untuk mencari charity run di media sosial dan internet, waktu itu “run to care” masih menjadi ultra marathon yang sangat jauh baginya. Ia pun mengarahkan minatnya pada sebuah trail marathon di Nepal yang termasuk dalam Impact Marathon Series yang waktu itu bertujuan untuk panti asuhan anak-anak penderita cerebral palsy. Keunikan acara tersebut adalah sebelum hari marathon, peserta harus mencangkul untuk menggali tanah bekerja bakti membuat saluran air, begitu pengalaman luar biasa yang dialami banyak peserta dari berbagai negara. Belum ada waktu untuk beristirahat, ia langsung diajak mencicipi marathon dengan kaki tangan yang masih lelah dari kegiatan sebelumnya, “memorable sekali” kenangnya. Setelah itu, Kak Emma mulai berlari di event “Run To Care” dan bahkan menjadi rutinitas tahunan baginya hingga kini.
Terakhir walaupun diselenggarakan di tengah suasana pandemi hingga sempat diundur, menurut Kak Emma dan Kak Yannu acara tetap terselenggara dengan sangat baik karena tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat. “Berlari hanya sebuah jalan. Misi utamanya adalah bekerja untuk sesama” ujar Kak Emma. Partisipasi para KEKL Runners dalam acara “Run To Care” ini didasari oleh semangat Ignasian yaitu “men and women for others” yang selalu dibawa dan dihidupi oleh KEKL di mana pun mereka berada.