Berada Dalam Panggilan dan Keimanan Hidup Membiara

thumbnail

Ketaatan dalam memenuhi panggilan Tuhan tergambar dalam potret Tahbisan Diakon pada Jumat (23/10/2020). Terdapat sembilan orang diakon yang ditahbiskan di Kapel Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta. Misa pentahbisan dipimpin oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko dan didampingi oleh Rm. Andreas Sugijopranoto, SJ dan Rm. Vincentius Indra Sanjaya, PR. Sembilan diakon yang ditahbiskan adalah Diakon Gregorius Primo Dedy. S., Diakon Yohanes Dwi Andri. R., Diakon Vincentius Ferrera. D., MSF, Diakon Hugo Bayu. H., SJ, Diakon Alfonsus Ardi. J., SJ, Diakon Aluisius Dian. P., SJ, Diakon Martinus Juprianto, B.T., SJ, Diakon Blasius Hide. W., MSA, dan Diakon Yohanes Febi, T., MSA. Pentahbisan ini diawali dengan perayaan ekaristi pada pukul 09.00 WIB.

source : Youtube KOMSOS Keuskupan Agung Semarang

Ekaristi dimulai seperti biasa dan berlangsung khidmad. Namun, sebelum homili terdapat prosesi Pengikraran Sumpah, pemberian jubah dan Kitab Suci kepada para Diakon sebagai simbol pentahbisan. Setelah prosesi tersebut, liturgi dilanjutkan dengan homili. Dalam homilinya, Mgr. Rubiyatmoko menjelaskan tentang tema pentahbisan diakon tahun ini  yaitu “Inilah Aku, Utuslah Aku.” Tema ini diambil dari kitab Yesaya 6:8 yang menjelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan untuk perutusan seharusnya didasarkan pada kehendak bebas dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan tema ini, harapannya para diakon yang ditahbiskan dapat menunjukkan kesiapan untuk melayani dimanapun mereka diutus dan menuntaskan tugas yang harus mereka jalankan. “Kehendak bebas ini menjadi modal awal untuk mengalami sukacita, kegembiraan untuk melaksanakan tugas perutusan. Berbeda kalau didasari keterpaksaan, adanya rasa berat, tidak bahagia, suntrut, kemudian tidak cerah wajahnya. Namun, frater kita ini sangat bahagia karena semuanya muncul dari kehendak mereka sendiri,” ungkap Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam homilinya.

Di sisi lain, tema pentahbisan ini juga berkaitan dengan kata “tidak pilih-pilih” karena para frater menyerahkan dirinya untuk diutus kemana pun oleh pimpinannya. Di balik motto tersebut juga ada ungkapan kerelaan dan kesiapsediaan untuk bekerja dengan sepenuh hati, sekuat tenaga demi kemuliaan Allah dan keselamatan umat manusia. Motto ini juga mengartikan kata “yakin,” yakin bahwa Yesus yang mengutus akan memberikan kekuatan yang diperlukan dalam karya perutusan.

Ekaristi pentahbisan diakon ini dihadiri oleh beberapa umat dan anggota keluarga para diakon tertahbis. Perayaan ekaristi ini tentunya juga menarapkan protokol kesehatan yang dijalankan dengan social distancing dan penggunaan masker. Selain secara offline, perayaan ekaristi ini disiarkan secara langsung (live streaming) melalui kanal YouTube Komsos Keuskupan Agung Semarang sehingga umat tetap bisa menyaksikan acara ini dari rumah.

Seusai acara pentahbisan, Tim Humas BPP KEKL berkesempatan untuk mewawancarai salah satu diakon yang ditahbiskan yaitu Diakon Alfonsus Ardi Jatmiko. Diakon Ardi bercerita tentang pengalamannya selama kurang lebih 13 tahun dalam memenuhi panggilan Tuhan.  “Saya mulai merasakan Panggilan Tuhan sejak kelas 4 SD. Pada awalnya, saya tertarik untuk menjadi seorang Imam karena penasaran dengan rasa anggur ekaristi,” ucap Diakon Ardi. Beliau juga mengatakan bahwa dirinya semakin tertarik untuk menjadi seorang biarawan karena sering melewati Seminari Mertoyudan, Magelang ketika hendak menunjungi rumah neneknya setiap hari raya Idul Fitri .

Perjalan yang panjang untuk sampai ke titik ini tentunya tidak terlepas dari campur tangan Tuhan. Banyak proses jatuh bangun yang dialami, tetapi Diakon Ardi merasa bahwa hal tersebut yang justru mendekatkan dirinya dengan Tuhan.

“Rasanya bahagia bisa mengabdikan diri seperti ini. Adanya proses jatuh bangun mulai dari rasa kecewa, marah, sedih, hampir menyerah. Walaupun banyak sekali pergulatan tetapi tetap bahagia karena semua demi Tuhan,” tutur Diakon Ardi.

Beliau juga menceritakan perjalanan panjangnya hingga akhirnya bisa masuk ke Seminari Mertoyudan. Pada awalnya, beliau ingin masuk ke seminari setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama, tetapi pada saat itu beliau gagal dalam tes kesehatan karena terdiagnosis terkena penyakit jantung. Hal tersebut yang akhirnya membuat beliau melanjutkan studinya ke SMA Kolese Loyola yang akhirnya membuat beliau tertarik bergabung dengan Ordo Jesuit karena ingin lebih mendalami Iman Ignasian.

Setelah ini, Diakon Ardi akan melanjutkan Studi S2 nya di Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta. Beliau menitipkan pesan bagi anak-anak muda, “Jadilah kreatif. Zaman sekarang anak muda punya aspek untuk mengembangkan kreativitas sesuai passion dan cita-citamu, kemudian berkreasi sesuai passion-mu. Bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk membuat orang lain terbantu, itulah makna anak muda saat ini,” pungkas diakon Ardi dalam wawancaranya bersama Tim Humas BPP KEKL.

Writer
Humas KEKL
Date Published
21 Nov 2020
Category
Event